Setiap keunggulan sumber daya manusia berasal dari: ilmu pengetahuan, sikap, dan disiplin.
Ilmu pengetahuan memberikan keunggulan dengan inovasi dan efisiensi.
Sikap memberikan keunggulan dalam kompetensi dan kepemimpinan. Disiplin
memberikan keunggulan yang konsisten dan tahan lama.
Ilmu pengetahuan di era informasi ini relatif lebih mudah dicari dan
dipelajari. Sikap biasanya sulit diubah karena sudah tercetak dalam
karakter yang ditentukan oleh genetika dan faktor lingkungan pembentuk
kepribadian seseorang.
Sedangkan, yang sulit dibentuk pada awalnya namun menjadi mudah dan
menguntungkan pada akhirnya adalah kedisiplinan. Disiplin yang sukses
akan menjadi kebiasaan seseorang atau budaya di dalam perusahaan bahkan
negara.
Jika ilmu pengetahuan berarti meningkatkan kapasitas otak dan sikap
adalah kecerdasan emosi seseorang, maka kebiasaan dari disiplin berasal
dari pembentukan jalan saraf.
Semakin sering dilakukan dan dipraktekkan, suatu perbuatan akan
menjadi semakin mudah. Jalan sarafnya akan semakin terbentuk kuat dan
cepat untuk dilakukan.
Contohnya seperti belajar bersepeda atau mengemudi. Awalnya terasa
sangat sulit namun lama-kelamaan akan menjadi mudah. Disiplin yang
berhasil adalah disiplin yang menjadi kebiasaan.
Memang, seringkali untuk berdiplin itu pertama-tama memang susah. Dan
pada awalnya untuk berdisiplin seseorang harus dipaksa dulu dan merasa
terpaksa barulah bisa serta terbiasa. Inilah fase disiplin yang sulit,
lalu setelah bisa dan terbiasa: disiplin menjadi mudah. Disiplin telah
bertransformasi menjadi kebiasaan, bahkan budaya.
Pemerintah Singapura menerapkan denda yang tinggi jika membuang
sampah sembarangan. Pada awalnya, warga Singapura merasa terpaksa untuk
hidup bersih. Kini, mereka telah terbiasa dan menjaga kebersihan sudah
menjadi budaya negara.
Disiplin harus diterapkan karyawan dalam beberapa aspek: disiplin
waktu agar selalu tepat, disiplin kerja untuk menjalankan proses yang
konsisten, disiplin menjaga kualitas, disiplin dalam berkomunikasi dan
mempererat hubungan di kantor, dan akhirnya disiplin untuk memberikan
hasil yang terbaik.
Perusahaan manufaktur Jepang menerapkan budaya disiplin dengan sangat
keras, tapi hasilnya bisa sukses mengalahkan perusahaan-perusahaan
Amerika dalam waktu yang tidak lama. Kini, kerja keras telah menjadi
budaya bagi orang Jepang.
Disiplin memang harus dipaksakan pada awalnya. Maka dari itu,
disiplin membutuhkan kekuatan untuk berinisiatif. Motivasi dari tindakan
berdisiplin. Alasan untuk melakukan suatu perbuatan secara
terus-menerus. Ini adalah soal penanaman nilai.
Contohnya; jika seorang anak ingin dilatih agar terbiasa menggosok
gigi maka tehnik pertama dalam disiplin adalah penanaman nilai kesehatan
gigi. Dengan adanya alasan untuk menjaga kesehatan gigi, fase pertama
disiplin bisa dimulai.
Paksa, bisa, lalu terbiasa. Mungkin pada awalnya anak ini akan merasa
susah, kesulitan menggosok gigi. Lalu, setelah bisa dia harus
mengulang-ulang kegiatan menggosok gigi ini sampai menjadi suatu ritual.
Akhirnya, anak ini setelah dewasa akan terbiasa menggosok gigi sebagai
ritual, budaya hidupnya. Tanpa merasa sulit lagi seperti waktu awalnya
dipaksa menggosok gigi. Menggosok gigi menjadi suatu kegiatan yang
otomatis tanpa kesulitan yang berarti.
Jadi, untuk berdisplin itu awalnya memang sulit. Tapi seiring waktu
akan menjadi mudah karena terbiasa. Jalan sarafnya akan terbentuk dan
semakin kuat serta cepat. Tips-nya adalah paksakan saja! Perusahaan yang
ingin memiliki karyawan yang disiplin harus berani memaksa. Tapi jangan
lupa, tanamkan nilai serta beri motivasi/alasan kuat untuk berdisiplin.
Source : http://100motivasi.wordpress.com/2012/03/21/cara-disiplin-dalam-bekerja/
0 komentar:
Posting Komentar