Trending topic jagad dan jejaring media sosial pekan ini adalah
tentang iklan klinik tradisional asal negeri China yakni Tong Fang yang
mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit sebagaimana testimoni para
pasien. Topik ini menggelinding bagai bola salju, semakin lama semakin
membesar.
Fenomena Tong Fang dipelesetkan sehingga mampu
membuat kita tertawa terbahak–bahak, seolah melupakan keadaan negeri ini
yang acakadut. Sekadar contoh testimoni pasien Klinik Tong Fang
dipelesetkan misalnya,”Dulu saya sakit sesak napas. Alhamdulillah
setelah berobat ke Klinik Tong Fang napas saya hilang. Terima kasih Tong
Fang!”. Ada juga pelesetan kesaksian seorang koruptor,”Dulu saya
diincar oleh polisi karena saya korupsi. Alhamdulillah setelah berobat
ke klinik Tong Fang saya ditangkap oleh KPK. Terima kasih Tong Fang!”
Kalimat kedua dalam pelesetan testimoni bagai klimaks yang melahirkan
”orgasme” urat syaraf tawa kita. Rasanya ada jutaan orang yang tertawa
secara bersamaan dengan kita. Testimoni yang dipelesetkan beraneka
ragam. Ada yang tentang diri mereka sendiri, tetangga, teman, kakek,
nenek, presiden, Jokowi, Foke atau Rhoma Irama.
Intinya mereka
mengolok–olok keadaan yang tak jua berubah baik. Kita harus berterima
kasih dengan segala kreativitas mereka dalam mengaduk–aduk nalar, logika
dan akal kita. Yang pasti kita senang, terhibur. Mereka membawa
kemaslahatan umat.
Kecerdasan Rakyat
Apa gerangan yang
terjadi? Rakyat memerlukan katarsis untuk keluar dari kepengapan ruang
publik yang dijejali berita tentang korupsi, penyalahgunaan kekuasaan,
kelangkaan sembako dan tingkah laku pejabat yang menyebalkan.
Rakyat lalu menciptakan ruang bagi mereka sendiri untuk menertawakan
keadaan yang sejatinya membuat kita menangis tersedu–sedu bahkan
meraung-raung. Inilah cara rakyat bersikap dan melawan.
Mereka
melakukan aksi tapa pepe atau menjemur diri di hadapan penguasa tetapi
bukan di alun–alun sebagaimana zaman dahulu, namun di dinding–dinding
media sosial Facebook, Twitter dan blog. Mereka hendak menelanjagi
penguasa yang lalai atas tanggung jawab kepada rakyat.
Fenomena
Klinik Tong Fang yang dipelesetkan mengingatkan kita kepada dagelan ala
Basiyo atau para punakawan yang nyemoni atau menyindir penguasa secara
karikatural sebab yang disindir bisa jadi ikut tertawa.
Bacalah
apa yang tulis oleh mereka yang aktif di jejaring media sosial seperti
ini,”Kasus dugaan korupsi di Korlantas Polri tidak akan selesai sebab
yang menjadi Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kabareskrim Komjen Sutarman
dan Presidennya SBY. Mengapa? Sebab nama depan Kapolri adalah Timur
yang jika dibalik menjadi rumit. Jadi hal–hal mudah dibuat rumit. Nama
Kabareskrim Sutarman jika dibalik namratus yang artinya baru enam ratus
tahun lagi kasus ini dapat diungkap. Dan SBY jika dibalik YBS singkatan
dari Ya Biarin Saja alias membiarkan saja kasus ini dan tidak mampu
menyelesaikan.”
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi
mereka bertiga membaca tulisan para bloger dan aktivis media jejaring
sosial itu. Tersenyum ataukah marah? Yang pasti mereka harus berterima
kasih sebab rakyat yang dibuat jengkel masih bisa juga ndhagel. Inilah
kecerdasan rakyat jelata ala punakawan. Menohok namun tidak sakit karena
dikemas dengan guyon parikena.
Menjengkelkan namun ngangeni
sebab mereka jujur menyuarakan isi hati mereka. Inilah cara rakyat
mengingatkan lewat cara halus dan dikemas dalam kemasan yang cerdas.
Selera humor hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kecerdasan.
Dalam banyak hal, rakyat yang memelesetkan fenomena Tong Fang juga
sindiran kepada pemimpin mereka yang sakit. Bayangkan saja ada pelesetan
komentar seorang menteri koordinator yang mengatakan bahwa pada 2025
bangsa kita akan maju. Ia tidak tahu bahwa pada 2025 bangsa lain juga
lebih maju.
Sang menteri memberikan testimoni,”Dulu rakyat di
negeri saya hidupnya masih terbelakang. Alhamdulillah setelah saya ke
Klinik Tong Fang sekarang hidupnya tetap terbelakang. Terima kasih Tong
Fang!”
Di era Tong Fang saat ini, rakyat selalu memiliki
jawaban yang tegas, lugas dan rasional atas apa yang terjadi di negeri
ini. Mereka memberi jawaban atas para pemimpin yang sakit. Korupsi yang
mewabah bukan lagi sebuah berita besar sebab aparatur penegak hukum
tidak memberikan reaksi apa pun bahkan membiarkannya.
Bahan
kebutuhan pokok yang membubung tinggi disikapi oleh para pemimpin dengan
wacana swasembada pangan tanpa memberikan solusi bagaimana agar rakyat
kecil dapat keluar dari krisis. Ada pelesetan kesaksian seorang menteri
yang berbunyi,”Dulu bangsa Indonesia sangat menderita sebab semua
kebutuhan pokok mahal. Alhamdulillah setelah saya berobat ke Klinik Tong
Fang rakyat Indonesia menderita kelaparan. Terima kasih Tong Fang!”
Menohok bukan?
Rakyat Bersyukur
Apakah
sudah demikian kebalnya bangsa ini melihat keadaan diri mereka yang
semakin sengsara sehingga saking menderitanya justru tidak merasakan
penderitaan? Bisa jadi benar.
Tidak ada gunanya lagi sekarang
berkeluh kesah kepada pemimpin jika mereka tidak mampu mendengar jeritan
suara rakyat. Alangkah indahnya jika seorang SBY memberikan testimoni
pemberantasan korupsi ala Tong Fang begini,”Dulu saya berjanji kepada
rakyat akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi. Alhamdulillah
setelah saya berobat ke Klinik Tong Fang korupsi semakin merajalela.
Terima kasih Tong Fang!”
Mengapa saya katakan indah? Sebab
rakyat tenang dan terhibur dengan kejujuran sang presiden. Lalu
kesaksian itu diikuti oleh para aparat di bawahnya. Rakyat akan senang
melihat pemimpin mereka bersikap jujur.
Dalam derajat yang
paling minimal rakyat saat ini sudah sangat menertawakan pemimpin
mereka. Menganggap mereka sebagai sosok–sosok absurd. Berbicara apa pun
sang pemimpin, tetap akan ditertawakan, sebab rakyat mengerti bahwa
antara kata dan perbuatan tidak sama.
Rakyat akan memberikan
testemoni secara serentak,”Dulu rakyat banyak yang hidup dalam
kemiskinan. Alhamdulillah setelah para pemimpin berobat ke Klinik Tong
Fang rakyat hidupnya tambah sekarat. Terima kasih Tong Fang!”
Dalam kesengsaraan pun rakyat masih bisa bersyukur. Ke mana pemimpin
kita ini? Di dunia pendidikan juga ada testemoni tentang Klinik Tong
Fang,”Dulu saya suka nyetrap murid–murid saya. Alhamdulillah setelah
berobat ke Klinik Tong Fang kini saya suka nyetrum murid saya. Terima
kasih Tong Fang!” Terima kasih rakyat Indonesia yang cerdas dan semakin
lucu.
0 komentar:
Posting Komentar