Pages

Kamis, 16 Agustus 2012

Maksud Tersembunyi Dari Humor Klinik Tong Fang

Trending topic jagad dan jejaring media sosial pekan ini adalah tentang iklan klinik tradisional asal negeri China yakni Tong Fang yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit sebagaimana testimoni para pasien. Topik ini menggelinding bagai bola salju, semakin lama semakin membesar.

Fenomena Tong Fang dipelesetkan sehingga mampu membuat kita tertawa terbahak–bahak, seolah melupakan keadaan negeri ini yang acakadut. Sekadar contoh testimoni pasien Klinik Tong Fang dipelesetkan misalnya,”Dulu saya sakit sesak napas. Alhamdulillah setelah berobat ke Klinik Tong Fang napas saya hilang. Terima kasih Tong Fang!”. Ada juga pelesetan kesaksian seorang koruptor,”Dulu saya diincar oleh polisi karena saya korupsi. Alhamdulillah setelah berobat ke klinik Tong Fang saya ditangkap oleh KPK. Terima kasih Tong Fang!”

Kalimat kedua dalam pelesetan testimoni bagai klimaks yang melahirkan ”orgasme” urat syaraf tawa kita. Rasanya ada jutaan orang yang tertawa secara bersamaan dengan kita. Testimoni yang dipelesetkan beraneka ragam. Ada yang tentang diri mereka sendiri, tetangga, teman, kakek, nenek, presiden, Jokowi, Foke atau Rhoma Irama.

Intinya mereka mengolok–olok keadaan yang tak jua berubah baik. Kita harus berterima kasih dengan segala kreativitas mereka dalam mengaduk–aduk nalar, logika dan akal kita. Yang pasti kita senang, terhibur. Mereka membawa kemaslahatan umat.

Kecerdasan Rakyat

Apa gerangan yang terjadi? Rakyat memerlukan katarsis untuk keluar dari kepengapan ruang publik yang dijejali berita tentang korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kelangkaan sembako dan tingkah laku pejabat yang menyebalkan.

Rakyat lalu menciptakan ruang bagi mereka sendiri untuk menertawakan keadaan yang sejatinya membuat kita menangis tersedu–sedu bahkan meraung-raung. Inilah cara rakyat bersikap dan melawan.

Mereka melakukan aksi tapa pepe atau menjemur diri di hadapan penguasa tetapi bukan di alun–alun sebagaimana zaman dahulu, namun di dinding–dinding media sosial Facebook, Twitter dan blog. Mereka hendak menelanjagi penguasa yang lalai atas tanggung jawab kepada rakyat.

Fenomena Klinik Tong Fang yang dipelesetkan mengingatkan kita kepada dagelan ala Basiyo atau para punakawan yang nyemoni atau menyindir penguasa secara karikatural sebab yang disindir bisa jadi ikut tertawa.

Bacalah apa yang tulis oleh mereka yang aktif di jejaring media sosial seperti ini,”Kasus dugaan korupsi di Korlantas Polri tidak akan selesai sebab yang menjadi Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kabareskrim Komjen Sutarman dan Presidennya SBY. Mengapa? Sebab nama depan Kapolri adalah Timur yang jika dibalik menjadi rumit. Jadi hal–hal mudah dibuat rumit. Nama Kabareskrim Sutarman jika dibalik namratus yang artinya baru enam ratus tahun lagi kasus ini dapat diungkap. Dan SBY jika dibalik YBS singkatan dari Ya Biarin Saja alias membiarkan saja kasus ini dan tidak mampu menyelesaikan.”

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka bertiga membaca tulisan para bloger dan aktivis media jejaring sosial itu. Tersenyum ataukah marah? Yang pasti mereka harus berterima kasih sebab rakyat yang dibuat jengkel masih bisa juga ndhagel. Inilah kecerdasan rakyat jelata ala punakawan. Menohok namun tidak sakit karena dikemas dengan guyon parikena.

Menjengkelkan namun ngangeni sebab mereka jujur menyuarakan isi hati mereka. Inilah cara rakyat mengingatkan lewat cara halus dan dikemas dalam kemasan yang cerdas. Selera humor hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kecerdasan.

Dalam banyak hal, rakyat yang memelesetkan fenomena Tong Fang juga sindiran kepada pemimpin mereka yang sakit. Bayangkan saja ada pelesetan komentar seorang menteri koordinator yang mengatakan bahwa pada 2025 bangsa kita akan maju. Ia tidak tahu bahwa pada 2025 bangsa lain juga lebih maju.

Sang menteri memberikan testimoni,”Dulu rakyat di negeri saya hidupnya masih terbelakang. Alhamdulillah setelah saya ke Klinik Tong Fang sekarang hidupnya tetap terbelakang. Terima kasih Tong Fang!”

Di era Tong Fang saat ini, rakyat selalu memiliki jawaban yang tegas, lugas dan rasional atas apa yang terjadi di negeri ini. Mereka memberi jawaban atas para pemimpin yang sakit. Korupsi yang mewabah bukan lagi sebuah berita besar sebab aparatur penegak hukum tidak memberikan reaksi apa pun bahkan membiarkannya.

Bahan kebutuhan pokok yang membubung tinggi disikapi oleh para pemimpin dengan wacana swasembada pangan tanpa memberikan solusi bagaimana agar rakyat kecil dapat keluar dari krisis. Ada pelesetan kesaksian seorang menteri yang berbunyi,”Dulu bangsa Indonesia sangat menderita sebab semua kebutuhan pokok mahal. Alhamdulillah setelah saya berobat ke Klinik Tong Fang rakyat Indonesia menderita kelaparan. Terima kasih Tong Fang!” Menohok bukan?



Rakyat Bersyukur

Apakah sudah demikian kebalnya bangsa ini melihat keadaan diri mereka yang semakin sengsara sehingga saking menderitanya justru tidak merasakan penderitaan? Bisa jadi benar.

Tidak ada gunanya lagi sekarang berkeluh kesah kepada pemimpin jika mereka tidak mampu mendengar jeritan suara rakyat. Alangkah indahnya jika seorang SBY memberikan testimoni pemberantasan korupsi ala Tong Fang begini,”Dulu saya berjanji kepada rakyat akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi. Alhamdulillah setelah saya berobat ke Klinik Tong Fang korupsi semakin merajalela. Terima kasih Tong Fang!”

Mengapa saya katakan indah? Sebab rakyat tenang dan terhibur dengan kejujuran sang presiden. Lalu kesaksian itu diikuti oleh para aparat di bawahnya. Rakyat akan senang melihat pemimpin mereka bersikap jujur.

Dalam derajat yang paling minimal rakyat saat ini sudah sangat menertawakan pemimpin mereka. Menganggap mereka sebagai sosok–sosok absurd. Berbicara apa pun sang pemimpin, tetap akan ditertawakan, sebab rakyat mengerti bahwa antara kata dan perbuatan tidak sama.

Rakyat akan memberikan testemoni secara serentak,”Dulu rakyat banyak yang hidup dalam kemiskinan. Alhamdulillah setelah para pemimpin berobat ke Klinik Tong Fang rakyat hidupnya tambah sekarat. Terima kasih Tong Fang!”

Dalam kesengsaraan pun rakyat masih bisa bersyukur. Ke mana pemimpin kita ini? Di dunia pendidikan juga ada testemoni tentang Klinik Tong Fang,”Dulu saya suka nyetrap murid–murid saya. Alhamdulillah setelah berobat ke Klinik Tong Fang kini saya suka nyetrum murid saya. Terima kasih Tong Fang!” Terima kasih rakyat Indonesia yang cerdas dan semakin lucu.

Source : http://www.solopos.com/2012/kolom/pemimpin-sakit-dalam-pelesetan-tong-fang-318949

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More